Filosofi Layang-Layang di Perkampungan Madura: Anak Berani Bercita Setinggi-Tingginya
Reporter
M. Bahrul Marzuki
Editor
Dede Nana
21 - Sep - 2025, 03:40
JATIMTIMES - Layang-layang bukan lah sekadar mainan anak biasa. Di baliknya ada sarat filosofis bermakna. Yakni, berani gantungkan cita-citamu setinggi-tingginya ke atas. Minggu (21/9) ini warga kampung Tambak Lumpang di Kecamatan Sukomanunggal, Kota Surabaya menggelar Semarak Budaya : Festival Layang-Layang Kampung Bubur Madura.
Kegiatan ini begitu meriah karena selain dihadiri Forum Komunikasi Tingkat Kecamatan juga dihadiri tokoh dewan. Dan bukan hanya festival biasa saja, termasuk ada lomba layang-layang bagi anak-anak. Ketua Pelaksana Festival, Hermawan, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat identitas budaya Nusantara.
Baca Juga : Surabaya 1677: Diplomasi Mabuk Trunajaya dengan VOC
“Kami ingin menancapkan budaya Nusantara, khususnya reog dan jula-juli, kepada masyarakat agar tidak hilang ditelan zaman. Sekaligus, kami mengajak anak-anak kembali mengenal mainan tradisional seperti layang-layang,” jelasnya.
Sementara itu, Lurah Sukomanunggal, Bambang, juga mengapresiasi inisiatif warga dalam menggelar festival ini. “Kami sangat mendukung kegiatan positif seperti ini. Festival ini menjadi sarana mempererat kebersamaan warga sekaligus mengenalkan budaya dan permainan tradisional kepada generasi muda,” kata Bambang.
Kemudian juga ada hadir dari anggota DPR RI, Reni Astuti. Perempuan yang terpilih lewat Dapil Surabaya dan Sidoarjo ini memberikan apresiasi terhadap terselenggaranya acara. Reni mengajak anak-anak untuk terus semangat meraih masa depan.
“Anak-anak Sukomanunggal harus terus menggapai cita-cita setinggi layang-layang,” ujar anggota Komisi X DPR RI ini.
Ia menilai festival ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sarana penting untuk melestarikan budaya bangsa. “Semarak Budaya hadir untuk menjaga kekayaan budaya Indonesia. Kita sebagai warga negara memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya,” kata dia.
Reni menilai tema Festival Layang-Layang Kampung Bubur Madura sarat makna. Bahwa bermain layang-layang, menurutnya, mengajarkan keseimbangan jiwa, kecerdasan berpikir, kerja keras, dan keberanian menghadapi tantangan.
“Selain menjadi hiburan, festival ini mempererat persaudaraan, mendorong kreativitas, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia,” lanjutnya.
Baca Juga : 5 Jurusan Kuliah S1 dengan Gaji Tinggi dan Cepat Balik Modal, Referensi SNBP dan SNBT 2026
Reni juga sempat menyinggung filosofi dari layang-layang. Karena layang-layang itu mengandalkan keseimbangan. Sehingga jika kayu tak imbang maka akan miring terus
"Terus kemudian kalau kayu antara atas dan bawah beratan bawah dia tak akan naik-naik karena gravitasi akan turun. Kenapa layang-layang itu kayu yang atas lebih tebal dari pada bawah kemudian antara kanan dan kiri seimbang. Jadi namanya motivasi dia harus besar," bebernya.
Kemudian juga soal cita-cita. "Layang-layang dinaikkan, semakin tinggi tantangan ada juga. Memulai dan menjaga bukan hal mudah. Ada effort memulainya dan menjaganya," imbuh Reni.
Reni juga mengapresiasi anak-anak yang tak lagi sibuk dengan hape. "Artinya apa? Kalau ada wadah bermain anak-anak itu akan pilih bermain dan secara fisik, motorik bisa jalan itu menyehatkan," pungkas dia.
Selain itu, keberadaan kuliner bubur Madura dalam festival ini dipandang sebagai simbol perjuangan para pelaku usaha kecil yang terus berupaya menggerakkan roda perekonomian keluarga.